Pada minggu ini Conrad, pembuat sepatu, bangun sangat awal, membersihkan
tokonya, kemudian kembali ke dalam rumahnya, menyalakan api di tungku dan
menyiapkan meja. Dia tidak akan bekerja. Dia sedang menanti teman, seorang tamu
khusus : Tuhan sendiri. Kemarin malam Tuhan datang padanya dalam suatu mimpi dan
memberitahukan bahwa Dia akan datang bertamu besok.
Jadi Conrad duduk di ruangan yang nyaman dan menunggu, hatinya penuh dengan
kegembiraan. Kemudian dia mendengar langkah kaki di luar dan ketukan pada pintu
"Itu dia," pikir Conrad, sambil lari ke arah pintu dan membukanya.
Ternyata itu hanyalah tukang pengantar surat. Wajahnya merah dan jari-jarinya
biru kedinginan. Dia menatap sambil menelan ludah ke arah cerek teh di tungku.
Conrad mempersilahkan dia duduk menghangatkan diri di dekat tungku. Kata
pengantar surat itu, "Terima kasih, teh ini enak sekali." Kemudian dia
menghilang di tengah hawa dingin di luar.
Ketika pengantar surat itu pergi, Conrad membersihkan meja lagi. Lalu dia duduk
di dekat jendela untuk menanti kedatangan tamunya. Dia merasa yakin bahwa tamu
itu akan datang.
Tiba-tiba dia melihat seorang anak laki-laki kecil yang sedang menangis. Conrad
memanggilnya dan mengetahui bahwa anak itu kehilangan jejak ibunya di kota dan
tidak tahu jalan untuk pulang. Kemudian, Conrad menulis pada secarik kertas dan
meletakkannya di atas meja. Tulisan itu berbunyi, "Tunggulah saya. Saya akan
kembali segera." Kemudian dia membiarkan pintu terbuka sedikit dan menggandeng
anak kecil itu serta membawanya pulang.
Ternyata perjalanan itu lebih lama dari perkiraannya, bahkan hari sudah mulai
agak gelap ketika dia kembali ke rumah. Dia terkejut mendapati seseorang ada di
dalam rumahnya sambil memandang ke luar jendela. tapi lalu hatinya berdebar.
Orang itu pastilah Tuhan, yang sudah berjanji untuk datang.
Namun Conrad mengenali bahwa orang itu adalah perempuan yang tinggal di tingkat
atas dari flatnya. Perempuan itu tampak sedih dan lelah. Dia memberi tahu bahwa
dia tak bisa tidur sama sekali sebab anak laki-lakinya Peter sedang sakit parah.
Dia tidak tahu mau berbuat apa. Anak itu diam terbaring di sana, demamnya
tinggi, dan dia tidak bisa lagi mengenali ibunya.
Conrad merasa ikut sedih. Perempuan itu hidup sendiri dengan anaknya di sana
sejak suaminya meninggal dalam kecelakaan.
Jadi dia ikut wanita itu. Mereka bersama-sama menyelimuti Peter dengan kain
basah. Conrad duduk di tepi tempat tidur anak laki-laki itu, sementara ibunya
beristirahat sejenak.
Ketika dia kembali ke ruangannya, hari sudah larut malam. Conrad sangat lelah
dan sungguh kecewa ketika membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Hari sudah
larut. Tuhan belum juga datang.
Tiba-tiba dia mendengar suara. Ternyata suara Tuhan yang berkata, "Terima kasih,
karena menghangatkan tubuh saya di rumahmu hari ini. Terima kasih karena
menunjukkan jalan ke rumah. Dan terima kasih atas dukungan dan bantuanmu.
Conrad, saya berterima kasih karena hari ini saya bisa menjadi tamumu."
Like this articles? share it with
Facebook
<< Back